Jumat, 06 November 2009

Punakawan

Kata punakawan terdiri dari kata pana yang berarti paham benar atau arif, dan kata kawan yang berarti sahabat. Dengan demikian para punakawan itu adalah sahabat-sahabat yang arif, dan ini cocok dengan peranan keempat punakawan itu dalam wayang purwa Jawa. Mereka selalu mengabdi kepada ksatria yang berbudi luhur, dari pihak yang memperjuangkan kebenaran dan keagungan. Mereka selalu diminta pendapatnya, dan nasihat-nasihat mereka selalu diikuti oleh para ksatria itu, sebab kalau tidak, celakalah mereka.
Para punakawan itu memperagakan konsepsi kebudayaan yang sifatnya normatif, yang harus diikuti, yang tidak bertentangan, bahkan sesuai dengan kesimpulan yang dikemukakan oleh Kroeber dan Kluckhohn di atas. Dalam konsepsi kebudayaan berdasar akar katanya. Inti kebudayaan adalah karsa, yang dalam wayang purwa dilambangkan oleh tokoh semar.
Semar sebagai Lambang Karsa. Semar yang hidup sepanjang zaman dalam pagelaran wayang purwa itu selalu mengabdi kepada kesatria-kesatria yang berwatak luhur, dan biasanya induk semangatnya bukan orang yang kaya, bahkan seringkali adalah ksatria yang sedang sengsara menghadapi berbagai cobaan berat dalam perjuangannya menegakan kebenaran.

Gareng sebagai lambang cipta atau akal. Jika semar lambang karsa, maka anaknya yang tertua, Gareng sebagai lambang cipta atau akal pikiran.

Petruk sebagai lambang rasa, yang juga bernama Kanthongbolong, Suragndila dan Kebodebleng melambangkan perasaan pancaindera yang menghasilkan segala macam seni, dan peranan petruk dalam wayang purwa terutama sebagai penghibur.

Bagong sebagai lambang karya. Adapun bagong anak termuda semar, bentuknya mirip bapaknya.
Diatas telah disebutkan adanya tokoh-tokoh abdi dalam wayang purwa.

2 komentar:

Lusy Kusumawati mengatakan...

salam kenal.

supriadi mengatakan...

iya terima kasih..silahkan di comment aj.