Jumat, 01 April 2011

MANAJEMEN SENI DALAM BERKESENIAN

Dalam berbagai perhelatan berkesenian apapun bentuknya baik seni rupa, seni suara, seni tari, teater, tradisi, seni musik dan lain sebagainya di daerah Sumbar pada tahun-tahun terakhir ini telah mampu memperlihatkan geliatnya. Pasalnya para penggiat seni banyak berusaha mengusung konteks keseniannya masing-masing dengan intens, namun masih menganut pola berjalan sendiri-sendiri atau bersifat intern kelompok/komunitas seni mereka saja. Artinya yang dilakukan seniman-seniman tersebut baru berada pada tahap presentasi (penampilan) bukan untuk sebuah bargaining position (posisi tawar) pada tahap sosiokultural secara wajar dan dinamis, termasuk sisi kesejahteraan seniman dalam materi sebagai umpan balik dari kegiatan itu.
Bila dikaji lebih jauh permasalahan ini menandakan bahwa jalannya berkesenian di daerah ini masih sangat jauh dari manajemen seni yang benar-benar mencitrakan integritas profesionalitas seniman. Hampir-hampir di banyak kesempatan pengelolaan even berkesenian dipegang atau dijalani sendiri oleh kelompok/komunitas seni yang bersangkutan. Kadang kala dari hal demikian sering terjadi kesemrautan dalam pengelolaannya yang akhirnya menyebabkan terjadi pemiskinan terhadap kiprah seniman yang bersangkutan di tengah-tengah masyarakat. Sehingga masyarakat memandang seni dan seniman bersangkutan seperti angin lalu saja atau tidak bermutu.
Bukan hanya itu saja, masalah lainpun menerpa alam berkesenian Sumbar yang tak kalah ruwetnya adalah ketergantungan dan keterbatasan seniman di segala aspek baik finansial, kompetensi, eksistensi, dll. Hal ini bukan saja menjadikan seniman sangat terbatas ruang geraknya tapi banyak sedikitnya turut mempengaruhi independensi seniman dan maju-mundurnya seni itu di masyarakat.
Karena dalam setiap pemunculan karya-karya seni seniman, banyak yang hanya menunggu even dari donasi pemerintah lewat Taman Budaya, kampus seni, even dari fihak swasta yang bersifat non profit/hibah, dan undangan-undangan dari pihak-pihak yang berminat terhadap mereka (mengisi acara tertentu), dan lain sebagainya. Sangat jarang kita melihat dilapangan seniman betul-betul independen menunjukan eksistensi dirinya, dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Artinya seniman yang bersangkutan memperlihatkan profesionalitasnya sebagai bagian dari dinamika seni secara luas (makro) dalam kehidupannya. Tanpa adanya dukungan manapun ia tetap eksis dan konsisten berkarya dan mempromosikan dirinya. Konsekuensi ini merupakan cerminan sebuah sikap profesionalitas yang benar-benar terlahir dari jiwa yang paling dalam sebagai seniman.
Manajemen seni yang profesional dengan aplikasi yang tepat tentu akan berfungsi mengatur lalu lintas berkesenian dengan baik, terarah, dan profesional. Akibatnya posisi seni dan seniman dengan sendirinya akan terdongkrak ketingkat terhormat dan penting baik ditingkat wacana maupun sosiokultural.
Tanpa manajemen seni yang profesional akan menyebabkan dinamika seni tersebut berjalan ditempat atau mandul dalam pergerakannya dan sulit mensejahterakan seniman-seniman secara materi. Konsekuensi ini akan sangat mempengaruhi arus perubahan dinamika berkesenian dari waktu ke waktu. Karena seniman dalam berkesenian lebih banyak berkutat pada rasionalitas dirinya sendiri yang sangat membelenggu gerak langkah mereka, seperti bagaimana berkarya, mempromosikannya, bagaimana karya tersebut dapat menghidupi mereka dan lain sebagainya.
Kenapa bisa demikian?. Pertanyaan ini pantas kita ajukan agar bisa dicarikan solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui kebanyakan seniman daerah Sumbar terlahir bukan dari sebuah pilihan profesi. Maksudnya adalah seniman-seniman di Sumbar belum sepenuhnya menjadikan berkesenian sebagai profesi (pekerjaan) yang memberikan kehidupan seperti lazimnya seniman-seniman luar negeri atau di daerah Jawa yang mampu mencerahkan kehidupan mereka seutuhnya.
Walaupun hal itu membungkus kesenian daerah ini, tapi sisi positif yang dapat dicermati dalam pergerakannya banyak seniman yang bersungguh-sungguh memperjuangkan seninya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari diri dan kehidupan mereka. Hal ini banyak dibuktikan dengan secara berkala seniman-seniman itu mempromosikan diri dan karya-karyanya dengan berani serta percaya diri seperti lazimnya yang terjadi di daerah lain. Biar belum bisa dijadikan sebagai sandaran hidup, mereka tetap berkarya dan tampil dimana-mana sebagai bentuk aktualisasi mereka sebagai seniman.
Realitas yang unik ini sudah sangat biasa terlihat di ranah berkesenian Sumbar. Seniman Sumbar dilapangan betul-betul teruji dan mumpuni menerobos segala rintangan serta hambatan yang membatasi dinamika mereka dalam berkesenian, walaupun belum dikelola dengan manajemen seni yang baik.

Penulis: Budiman